Minggu, 15 Desember 2013

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD



PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

Disusun oleh:

Kelompok III:
JAWAHIRUL MAGNUM
JULIANDA SARI
MUTIAWATI


Dosen Pembimbing:
LINA AMELIA, S.Pd



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH 2013

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan puja syukur kepada Allah SWT, shalawat beserta salam keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-sahabat beliau. Karena atas izinnya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah berperan dalam membantu memberikan arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati mohon maaf jika terdapat kekurangan ataupun kekeliruan dalam makalah ini. Dan penulis mengharapkan saran-saran untuk perbaikan dikemudian hari.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan wacana bagi rekan-rekan mahasiswi.









Banda Aceh, 2 Desember 2013
Kelompok III


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………           i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………………….…………                        1 
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….……….                        2
1.3. Tujuan………………………………………………………………………….………….            2
1.4. Manfaat……………………………………………………………………….…………             2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian tentang Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini…………………………………………………………………………………………….….             3
2.2. Proses Perkembangan Anak Usia Dini……………………….……….……                        5
2.3. Fungsi dan Peranan Emosi pada Perkembangan Anak Usia Dini…………………………………………………………………………………………...….             7
2.4. Permainan untuk Merangsang Perkembangan Sosial Emosional
Anak Usia Dini……………………………………………………………………………….             9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………….………….             11
3.2. Saran………………………………………………………………………….…………..             11
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
2.1.      Latar Belakang Masalah

Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Kemampuan Sosial – Emosional Anak bertujuan agar anak merasa percaya diri, mampu bersosialisasi dengan orang lain, menahan emosinya jika berada dalam suatu keadaan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak. Pengembangan sosial anak dapat dikembangkan dengan mengajak anak untuk mengenal diri dan lingkungannya. Interaksi dengan keluarga sendiri dan orang lain juga akan menbantu anak membangun konsep dirinya. Dengan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, misalnya dengan bermain peran prilaku. Dengan belajar beberapa peran tersebut, anak dapat belajar mengenai baik atau buruk, boleh atau tidak dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut penulis menyusun makalah dengan judul perkembangan sosial dan emosional anak usia dini.








2.2.      Rumusan Masalah

Rumusan masalah model pembelajaran difokuskan agar pendidik mampu memahami perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.


2.3.      Tujuan

Dalam penulisan makalah ini, bertujuan untuk mampu menjelaskan tentang perkembangan emosi dan sosial anak usia dini.


2.4.      Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini bagi :
a.       Pendidik (Guru)
Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam usahanya memahami perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.
b.      Sekolah
Mampu menerapkan dan memahami metode perkembangan sosial dan emosi pada anak usia dini.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Tentang Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini

a.     Perkembangan Sosial
Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicori). Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut Loree (1970:86) "sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya".
Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. "Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial".
b.      Perkembangan Emosi
Jika kita berbicara tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia pernah merasakannya, setiap orang bereaksi terhadap keberadaannya. Hidup manusia sangat kaya akan pengalaman emosional. Hanya saja ada yang sangat kuat dorongannya, adapula yang sangat samar sehingga ekspresinya tidak tampak. Ekspresi emosi akan kita kenali pada setiap jenjang usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Sebagai contoh, seorang anak tertawa kegirangan ketika ayahnya melambungkan tubuhnya ke udara atau kita meiihat seorang anak yang berusia satu tahun sedang menangis karena mainannya direbut oleh kakaknya. Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih mudah diekspresikan melalui kondisi fisiknya. Sebagai contoh seorang anak akan langsung menangis apabila ia merasa sakit atau merasa tidak nyaman. Namun, apabiia seorang anak ditanya tentang "bagaimana perasaannya" atau "mengapa ia merasa sakit?", anak akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya dalam bahasa verbal.
Contoh-contoh perilaku di atas menunjukkan gambaran emosi seseorang. Jadi, apa sebetulnya yang dimaksud dengan emosi itu? Untuk mengetahui hai itu lebih jelas, Anda dapat mengikuti pembahasan berikut ini.
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan, senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World Book Dictionary (1994:690) emosi didefinisikan sebagai "berbagai perasaan yang kuat". Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman (1995:411) menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak".
Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa "emosi merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku". Berdasarkan definisi di atas kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.













2.2.       Proses Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1978), yaitu sebagai berikut.
1.      Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
2.      Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.
3.      Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.
Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu untuk mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai anggota kelompok. Adakalanya mereka selalu menginginkan adanya orang lain dan merasa kesepian apabila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika selalu berada dengan orang lain. Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu antisosial, yaitu individu yang mengetahui harapan kelompok sosial, tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini ditolak atau dikucilkan oleh kelompok sosial.
Selain kedua kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini adapula istilah individu yang introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan introvert, biasanya pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang-orang extrovert biasanya cenderung aktif, suka berteman, dan ramah-tamah. Seorang ahli menyatakan introvert dan extrovert hanya merupakan suatu tipe dari reaksi yang ditunjukkan seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus-menerus seperti itu atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suatu kepribadian yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini. Dengan demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta kebutuhan akan prestasi dan refleksi diri keduanya bisa terpuaskan.
Ada dua puluh karakteristik yang dapat menggambarkan individu dengan penyesuaian diri baik, yaitu sebagai berikut.
1.   Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya.
2.   Menikmati pengalamannya.
3.   Mau menerima tanggung jawab sesuai dengan perannya. Apakah itu peran sebagai anggota kelompok, murid di sekolah atau sekadar peran kakak terhadap adiknya.
4.   Mampu memecahkan masalah dengan segera.
5.   Dapat melawan dan mengatasi hambatan untuk merasa bahagia.
6.   Mampu membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang minimum.
7.   Tetap pada pilihannya sehingga ia menemukan bahwa pilihannya itu salah.
8.   Merasa puas dengan kenyataan.
9.   Dapat menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tidak untuk melarikan diri.
10.   Belajar dari kegagalan tidak mencari alasan untuk kegagalannya.
11.   Tahu bagaimana harus bekerja pada saat kerja dan bermain pada saat main.
12.   Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggunya.
13.   Dapat berkata ya pada situasi yang membantunya.
14.   Dapat menunjukkan kemarahan ketika merasa terluka atau merasa haknya terganggu.
15.   Dapat menunjukkan kasih sayang.
16.   Dapat menahan sakit dan frustrasi bila diperlukan.
17.   Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan.
18.   Dapat mengonsentrasikan energinya pada tujuan.
19.   Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak ada habisnya.
20.   Untuk menjadi individu dengan penyesuaian diri yang baik, seorang anak harus merasa bahagia dan mampu menerima dirinya. Untuk itu, sejak dini anak perlu diajak bersikap realistis terhadap diri dan kemampuannya.

2.3.       Fungsi dan Peranan Emosi pada Perkembangan Anak Usia Dini
Setelah kita mengetahui apa dan bagaimana mekanisme terjadinya emosi pada individu, selanjutnya kita akan membahas tentang tungsi atau peranan emosi pada perkembangan anak. Fungsi dan peranan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a.     Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. Sebagai contoh, anak yang merasakan sakit atau marah biasanya mengekspresikan emosinya dengan menangis. Menangis ini merupakan bentuk komunikasi anak dengan lingkungannya pada saat ia belum mampu mengutarakan perasaannya dalam bentuk bahasa verbal. Demikian pula halnya ekspresi tertawa terbahak-bahak ataupun memeluk ibunya dengan erat. Ini merupakan contoh bentuk komunikasi anak yang bermuatan emosional.
b.     Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya, antara lain berikut ini.
1)     Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini akan menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri. Penilaian ini akan menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan seorang anak, sekaligus membentuk konsep diri anak berdasarkan perlakuan tersebut. Sebagai contoh, seorang anak sering mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan menangis, lingkungan sosialnya akan menilai ia sebagai anak yang "cengeng". Anak akan diperlakukan sesuai dengan penilaiannya tersebut, misalnya entah sering mengolok-olok anak, mengucilkannya atau bisa juga menjadi over protective. Penilaian dan perlakuan terhadap anak yang disebut "cengeng" ini akan mempengaruhi kepribadian dan penilaian diri anak.
2)     Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi yang ditampilkan lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial, anak dapat belajar untuk membentuk tingkah laku emosi yang dapat diterima lingkungannya. Jika anak melempar mainannya saat marah, reaksi yang muncul dari lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya. Reaksi yang kurang menyenangkan ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar dapat diterima di lingkungan masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan ekspresi emosi yang disukai lingkungannya. Anak yang empati dan suka berbagi mainan dengan temannya, akan disukai oleh lingkungannya. Anak akan tetap mempertahankan perilakunya karena ia menyukai reaksi lingkungan terhadapnya.
3)     Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan. Artinya, apabila ada seorang anak yang pemarah dalam suatu kelompok maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat itu, misalnya permainan menjadi tidak menyenangkan, timbul pertengkaran atau malah bubar.
4)     Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan. Artinya, apabila seorang anak yang ramah dan suka menolong merasa senang dengan perilakunya tersebut dan lingkungan pun menyukainya maka anak akan melakukan perbuatan tersebut berulang-ulang hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
5)     Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas motorik dan mental anak. Seorang anak yang mengalami stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi, dapat menghambat anak tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya, seorang anak akan menolak bermain finger painting (melukis dengan jari tangan) karena takut akan mengotori bajunya dan dimarahi orang tuanya. Aktivitas finger painting ini sangat baik untuk melatih motorik halus dan indra perabaannya. Namun, hambatan emosional (takut dimarahi orang tuanya) anak menjadi kehilangan keberanian untuk mencobanya dan hilanglah kesempatan pengembangan dirinya.














2.4.      Permainan untuk Merangsang Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain, anak akan memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Bermain merupakan sarana untuk menggali pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Bermain juga dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kreativitas dan daya cipta, karena bermain adalah sumber pengalaman dan uji coba.
Bermain, dari segi pendidikan adalah kegiatan permainan menggunakan alat permainan yang mendidik serta alat yang bisa merangsang perkembangan aspek kognitif, sosial, emosi, dan fisik yang dimiliki anak. Oleh karena itu, dari sudut pandang pendidikan bermain sangat membutuhkan alat permainan yang mendidik. Dan alat permainan yang mendidik inilah yang kita sebut dengan alat permainan edukatif (APE).

a.      Nama permainan
Cari Pasanganku!

(mengenal huruf dan angka)

Lokasi : di dalam atau luar ruangan

b.      Tujuan permainan

Tujuan bermain permainan ini adalah untuk bisa memancing atau merangsang sosial emosional anak, dengan bermain kartu tersebut anak akan terpanggil untuk mengenalkan huruf atau angka. Permainan ini sangat bagus untuk anak usia dini, karena akan sangat berpengaruh bagi perkembangan si anak.



c.       Alat dan bahan permainan

Bahan : karton, spidol besar, gunting  gunting karton ukuran playing card (seperti kartu remi) buatlah sebanyak 2 kali jumlah angka atau huruf (sesuai jumlah masing-masing). Tulis huruf/angka dengan font besar diatas setiap kartu

d.      Langkah-langkah bermain

Pemain : 2 orang anak
Cara bermain : kocok kartu angka/huruf kemudian sebar kartu dengan posisi kartu tertelungkup. Setelah semua kartu tertutup, untuk menentukan siapa yang pertama memulai permainan pemain melakukan suit terlebih dahulu. Pemenang boleh membuka satu kartu kemudian mencari kartu pasangannya, apabila huruf/kartu sama maka kartu itu menjadi miliknya, tapi bila huruf/angka kartu tidak sama maka dia harus menyimpannya kembali seperti semula. Giliran lawan yang bermain. Begitu seterusnya hingga kartu habis. Siapa yang memiliki kartu paling banyak dia yang menang.










BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan

Melalui metode perkembangan sosial dan emosi anak usia dini penulis mampu menarik kesimpulan bahwa perkembangan sosial dan emosi berperan penting dalam kehidupan anak, selain itu juga berpengaruh pada dimensi 2 aspek perkembangan yang lainnya.
Agar pengaruhnya dapat dikenali dan ditanggapi secara positif, maka kita perlu meningkatkan pelayanan dan selalu peka terhadap perkembangan sosial dan emosi anak didik kita, baik secara pribadi maupun menyeluruh.


3.2.      Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mempunyai beberapa saran antara lain :
a.     Diharapkan guru-guru pendidikan anak usia dini dapat memahami perkembangan sosial dan emosi anak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
b.     Diperlukan antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang perubahan dan perkembangan sosial dan emosi anak







DAFTAR PUSTAKA
Bloom. (1974). Hakikat Pembelajaran
Goleman, D. (1995). Emotional Intellegence. Jakarta : Gramedia.
Hurlock, E.B. (1978). Chiled Development. 6th Ed. Tokyo : Mc. Graw Hill. Inc., International Studend Ed.
Muhibin, S. (1999). Psikologi Belajar. Ciputat : Logos.
Syamsuddin, A. (1990). Psikologi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung : Remaja Rosyada Karya.

HIV DAN AIDS DALAM PERSPEKTIF PEMUDA DAN AGAMA



HIV DAN AIDS DALAM PERSPEKTIF PEMUDA DAN AGAMA



Disusun oleh:



NAMA: MUTIAWATI
NIM: 1311070035
PRODI: PAUD SEMESTER I






SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH 2013/2014

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan kepada kita, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dan bisa saya persembahkan untuk teman-teman semua. Dimana makalah ini membahas tentang “HIV dan AIDS dalam Perspektif Pemuda dan Agama” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari penyakit HIV dan AIDS.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu kita meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu saya juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat  minim, sehingga saran dari teman-teman peserta dan kritikan dari semua pihak masih saya harapkan demi perbaikan laporan ini. Saya ucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah berpatisipasi dalam membaca makalah ini.






           
Banda Aceh, 21 Nopember 2013
Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………….……………        i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………         ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah……………………………………………….            1 
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………..….             2
1.3. Tujuan………………………………………………………………….             2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian HIV dan AIDS..……………………………………………                        3
2.2. HIV dan AIDS dalam Perspektif Pemuda dan Agama………………...                       5
2.3. Pergaulan Bebas………………………..……………………………...              5
2.4. Penyebab HIV dan AIDS……………………………….……..……….                       7
2.5. Dampak HIV dan AIDS……………………………………………….                        8
2.6. Cara Mencegah HIV dan AIDS……………………………………….             10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………….….            13
3.2. Saran……………………………………………………………….…...            13
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang Masalah

Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang terjerumus ke dalam lembah perzinaan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah menglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Anak remaja sekarang banyak menyalah artikan arti pergaulan bebas yang sebenarnya. Mereka hanya tahu kalau kita bebas melakukan perbuatan apapun itulah yang ada dibenak mereka semua. Salah satu contoh yang selalu dilakukan anak remaja sekarang adalah seks bebas.
Biasanya para remaja melakukan perbuatan-perbuatan memalukan itu karena rasa ingin tahunya dan ingin mencoba sesuatu. Seperti halnya seks bebas, mereka melihat adegan-adegan yang melanggar agama akhirnya nafsu mereka bergerak dan ingin mencobanya. Merekapun melakukan hal itu dengan pasangannya tapi bukan istrinya melainkan bersama dengan pacar mereka.
Untuk itu saya mencoba mengangkat judul HIV dan AIDS dalam Perspektif Pemuda dan Agama, agar para pembaca terkhusus untuk para remaja sekarang untuk menghindari pergaulan bebas dan tahu dampak dari pergaulan bebas tersebut.








1.2.      Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari HIV dan AIDS?
2. Bagaimana HIV dan AIDS dalam Perspektif Pemuda dan Agama?
3. Apa pengertian pergaulan bebas?
4. Apa penyebab dari HIV dan AIDS?
5. Apa dampak dari HIV dan AIDS?
6. Bagaimana cara mencegah HIV dan AIDS?





1.2.            Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari HIV dan AIDS.
2. Mengetahui HIV dan AIDS dalam Perspektif Pemuda dan Agama.
3. Mengetahui pengertian pergaulan bebas.
4. Mengetahui penyebab dari HIV dan AIDS.
5. Mengetahui dampak dari HIV dan AIDS.
6. Cara mencegah HIV dan AIDS.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian HIV/AIDS

AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak. Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.

1. Siklus Hidup HIV
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek, hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.

Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
·         Masuk dan mengikat
·         Reverse transkripstase
·         Replikasi
·         Budding
·         Maturasi

2. Tipe HIV
Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi. Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:
Sub tipe A: Afrika tengah
Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand
Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan
Sub tipe D: Afrika tengah
Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
Sub tipe H: Zaire,gabon
Sub tipe O: Kamerun,gabon
Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru d seluruh dunia



2.2.       HIV dan AIDS dalam Perspektif Pemuda dan Agama

HIV/AIDS masih merupakan ancaman utama bagi keberlangsungan hidup manusia di Tanah Air kita. Sudah ratusan orang meninggal, ribuan orang sedang terinveksi saat ini. Semakin banyak yang terinveksi, kini semakin bertambah pula pihak-pihak yang prihatin. Satu komitmen bersama; “Bebaskan orang dari HIV/AIDS”. Pertanyaannya, apakah semudah itu? Peduli, tak hanya bisa menyampaikan kalimat “saya prihatin”. Peduli, berarti kita siap berbuat sesuatu melalui tindakan yang dapat menyadarkan sesama kita terhadap virus yang mematikan itu.
Dalam upaya untuk menurun jumlah penyebaran virus yang belum ada obatnya ini, sebenarnya banyak pihak dan individu memainkan peran. Seperti pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh perempuan dan tokoh pemuda. Namun dalam tatataran aksi, kelompok-kelompok ini belum maksimal. Kalau pun ada, itu hanya segelintir orang dan beberapa lambaga saja.


2.3.      Pergaulan Bebas

1. Pengertian pergaulan bebas
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Faktor-faktor yang menyebabkan seks adalah bebas karena adanya pertentangan dari lawan jenis, adanya tekanan dari keluarga dan teman
            Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga terhadap hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif bagi perkembangannya kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak negatif yang diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya pergaulan bebas tanpa batas.
            Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.
            Islam telah mengatur bagaimana tata cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.
2. Budaya berpacaran
Pacaran merupakan satu konsep yang sama halnya dengan pergaulan bebas. Dari sumber di atas kita telah mengetahui bahwa pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas pergaulan. Para remaja dengan bebas saling bercengkrama, bercampur baur (ikhtilat) antara lawan jenis, akibatnya mudah di telusuri berkembanglah budaya pacaran.
Kecintaan terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia. Tetapi pacaran bukanlah wadah yang tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun kerlingan. Bukan pula lembaran surat yang berisi pujian kata yang melebihi dari ikatan pernikahan, dan cinta tidak akan berakhir dengan pernikahan.
Banyak orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata cinta. Namun mengapa gambaran dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta. Betapa banyak cinta berujung pada pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa. Banyak orang yang memiliki cinta melakukan hal yang keji. Cinta berubah menjadi perceraian dan mengakibatkan suramnya masa depan generasi mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di sembarang tempat oleh wanita berbusana minim? Hal-hal yang mengenaskan sekaligus memalukan itu menjadi daftar persoalan yang melingkupi dunia cinta.
Sebagian orang berpendapat bahwa cinta bermakna kecenderungan terus menerus disertai dengan hati yang meluap-luap. Inilah yang membuat seseorang menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai syariat islam, sehingga banyak orang menabrak nilai-nilai Islam dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya. Seperti yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuat buta dan tuli.” (HR. Ahmad). Lain halnya dengan seseorang yang berada dalam wilayah tidak terlarang, seperti seseorang yang berada jauh dari rumah lalu merindukan istrinya.
Semua aktivitas tubuh kita berpotensi menimbulkan zina ketika digerakkan atas nama syahwat yang melesat lepas dari kendali fitrah. Namun nama Allah Maha Pemurah, zina yang dilakukan selain farji tidak sampai dikenakan hukuman cambuk. Ia masih bisa dihapus dengan taubat yang tulus dan ditebus dengan amal-amal shalih. Cara untuk menghindari zina adalah dengan mengendalikan hawa nafsu, menjaga pandangan mata serta menutup rapat-rapat pintu zina.
3. Pandangan Islam Tentang Pergaulan Bebas
Banyak hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas. Ini semua telah terlukis oleh mereka di belahan bumi Barat, yang dulu mengagung-agungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan seks, kini mereka menjerit. Angka perceraian sangat tinggi, dan pranata pernikahan diragukan. Akibatnya keluarga sebagai sendi masyarakat runtuh, kemudian terjadilah dekadensi moral. Wabah AIDS menebarkan kengerian dan ketakutan karena semakin liarnya perilaku masyarakat dalam free sex.
Apa yang terjadi di Barat dapat kita sinyalir dari tulisan George Balusyi dalam bukunya ; “Ledakan Seksual”, yaitu ; “pada tahun 1962, Kennedy menjelaskan, masa depan Amerika diancam bahaya, sebab para pemudanya cenderung dan tenggelam di dalam syahwat sehingga tidak mampu memikul tanggung jawab yang harus dipikul di atas pundaknya. Setiap tujuh pemuda yang maju untuk jadi tentara, terdapat enam pemuda yang tidak pantas dijadikan tentara. Sebab syahwat yang telah mereka lampiaskan itu, telah merusak keseimbangan hygienis dan psikis mereka”.
Budaya free sex tidak jauh berbeda dengan budaya pacaran. Dan dengan menghubungkan fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan pemudi yang mengaku dirinya muslim tetapi mereka melakukan perbuatan zina. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan sangat berabahaya bagi kelanjutan da’wah Islam. Betapa sedihnya jika umat Islam yang begitu besar tetapi akhlak para pemudanya penuh dengan kebobrokan. Naudzubillah summa nauzubillah.


2.4.      Penyebab HIV/AIDS

Bila di awal kemunculannya, penyebab HIV/AIDS diyakini hanya dari hubungan seksual, baik hubungan seksual secara normal maupun yang anal dan oral. Hal ini karena cairan vagina dan air mani juga mengandung virus penyebab penyakit HIV AIDS. Tapi, kini semakin terkuaklah kenyataan bahwa penyebab HIV/AIDS juga bisa dikarenakan transfusi darah, jarum suntik, lewat pemberian ASI. Bahkan, adanya kemungkinan masuknya darah atau cairan tubuh lainnya yang mengandung virus HIV AIDS ke bagian tubuh orang sehat yang terluka. Kemungkinan ini bisa saja terjadi terutama bagi paramedis yang merawat penderita HIV/AIDS.
Alkisah Penyebab Penyakit HIV/AIDS
Seperti ebola, suatu virus yang mungkin paling mematikan di seluruh jagat raya ini, virus HIV juga ditenggarai berasal dari monyet. Entah mengapa ada orang yang suka makan daging monyet. Dari proses penyembelihan dan memasak daging monyet itulah diperkirakan bahwa virus yang hidup di tubuh sang monyet, menular kepada manusia. Selanjutnya, berkembanglah virus yang menjadi penyebab HIV/AIDS.


2.5.      Dampak HIV/AIDS

1. Dampak Demografi
Salah satu efek jangka panjang endemi HIV dan AIDS yang telah meluas seperti yang telah terjadi di Papua adalah dampaknya pada indikator demografi. Karena tingginya proporsi kelompok umur yang lebih muda terkena penyakit yang membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya akan menurunkan angka harapan hidup. Karena semakin banyak orang yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu yang lebih pendek, kontribusi yang diharapkan dari mereka pada ekonomi nasional dan perkembangan sosial menjadi semakin kecil dan kurang dapat diandalkan. Hal ini menjadi masalah yang penting karena hilangnya individu yang terlatih dalam jumlah besar tidak akan mudah dapat digantikan. Pada tingkat makro, biaya yang berhubungan dengan kehilangan seperti itu, seumpama meningkatnya pekerja yang tidak hadir, meningkatnya biaya pelatihan, pendapatan yang berkurang, dan sumber daya yang seharusnya dipakai untuk aktivitas produktif terpaksa dialihkan pada perawatan kesehatan, waktu yang terbuang untuk merawat anggota keluarga yang sakit, dan lainnya, juga akan meningkat.

2. Dampak Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun berarti bahwa semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa pelayanan kesehatan. Perkembangan penyakit yang lamban dari infeksi HIV berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam jangka waktu yang panjang, membutuhkan semakin banyak perawatan kesehatan. Biaya langsung dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan menjadi semakin besar. Diperhitungkan juga adalah waktu yang dihabiskan oleh anggota keluarga untuk merawat pasien, dan tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif. Waktu dan sumber daya yang diberikan untuk merawat pasien HIV dan AIDS sedikit demi sedikit dapat mempengaruhi program lainnya dan menghabiskan sumber daya untuk aktivitas kesehatan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh John Kaldor dkk pada tahun 2005 memprediksi bahwa pada tahun 2010, bila upaya penanggulangan tidak ditingkatkan maka 6% tempat tidur akan digunakan oleh penderita AIDS dan di Papua mencapai 14% dan pada tahun 2025 angka – angka tersebut akan menjadi 11% dan 29%. Meningkatnya jumlah penderita AIDS berarti meningkatnya kebutuhan ARV. Rusaknya sistem kekebalan tubuh telah memperparah masalah kesehatan masyarakat yang sebelumnya telah ada yaitu tuberkulosis. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kejadian TB telah meningkat secara nyata di antara kasus HIV. TB masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia dimana setiap tahunnya ditemukan lebih dari 300.000 kasus baru, maka perawatan untuk kedua jenis penyakit ini harus dilakukan secara bersamaan.

3. Dampak Terhadap Ekonomi Nasional
Mengingat bahwa HIV lebih banyak menjangkiti orang muda dan mereka yang berada pada umur produktif utama (94% pada kelompok usia 19 sampai 49 tahun), epidemi HIV dan AIDS memiliki dampak yang besar pada angkatan kerja, terutama di Papua. Epidemi HIV dan AIDS akan meningkatkan terjadinya kemiskinan dan ketidak seimbangan ekonomi yang diakibatkan oleh dampaknya pada individu dan ekonomi. Dari sudut pandang individu HIV dan AIDS berarti tidak dapat masuk kerja, jumlah hari kerja yang berkurang, kesempatan yang terbatas untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik dan umur masa produktif yang lebih pendek. Dampak individu ini harus diperhitungkan bersamaan dengan dampak ekonomi pada anggota keluarga dan komunitas. Dampak pada dunia bisnis termasuk hilangnya keuntungan dan produktivitas yang diakibatkan oleh berkurangnya semangat kerja, meningkatnya ketidak hadiran karena izin sakit atau merawat anggota keluarga, percepatan masa penggantian pekerja karena kehilangan pekerja yang berpengalaman lebih cepat dari yang seharusnya, menurunnya produktivitas akibat pekerja baru dan bertambahnya investasi untuk melatih mereka. HIV dan AIDS juga berperan dalam berkurangnya moral pekerja (takut akan diskriminasi, kehilangan rekan kerja, rasa khawatir) dan juga pada penghasilan pekerja akibat meningkatnya permintaan untuk biaya perawatan medis dari pusat pelayanan kesehatan para pekerja, pensiun dini, pembayaran dini dari dana pensiun akibat kematian dini, dan meningkatnya biaya asuransi. Pengembangan program pencegahan dan perawatan HIV di tempat kerja yang kuat dengan keikutsertaan organisasi manajemen dan pekerja sangatlah penting bagi Indonesia. Perkembangan ekonomi akan tertahan apabila epidemi HIV menyebabkan kemiskinan bagi para penderitanya sehingga meningkatkan kesenjangan yang kemudian menimbulkan lebih banyak lagi keadaan yang tidak stabil. Meskipun kemiskinan adalah faktor yang paling jelas dalam menimbulkan keadaan resiko tinggi dan memaksa banyak orang ke dalam perilaku yang beresiko tinggi, kebalikannya dapat pula berlaku – pendapatan yang berlebih, terutama di luar pengetahuan keluarga dan komunitas – dapat pula menimbulkan resiko yang sama. Pendapatan yang besar (umumnya tersedia bagi pekerja terampil pada pekerjaan yang profesional) membuka kesempatan bagi individu untuk melakukan perilaku resiko tinggi yang sama: berpergian jauh dari rumah, pasangan sex yang banyak, berhubungan dengan PS, obat terlarang, minuman keras, dan lainnya.

4. Dampak Terhadap Tatanan Sosial
Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan kehangatan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. Sebagaian mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah anak yatim dan piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalah tersendiri.


2.6.      Cara mengatasi pencegahan HIV/AIDS

Dari tahun ketahun rupanya statistik remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas semakin meningkat, jika hal ini tidak di tanggapi dengan serius ini semua bisa menjadi bom waktu buat indonesia, karena para remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas sudah biasa melakukan hubungan sex dan memakai obat - obatan terlarang yang nantinya akan membunuh mereka sendiri.
Karena jika orang sudah terbiasa dengan sex bebas dan obat - obatan terlarang peluang terkena penyakit HIV AIDS sangatlah besar, disamping itu dengan memakai obat - obatan terlarang juga akan merusak tubuh mereka sendiri yang ujung - ujungnya juga akan mempersingkat umur mereka. Nah jika sudah begini siapa yang rugi? Tidak hanya keluarga yang ditinggalkan saja yang rugi, negara pun juga akan rugi karena sudah kehilangan calon penerus bangsa. Maka dari itu kesadaran anak remaja itu sendiri maupun orang tua di rumah serta pemerintah harus ditingkatkan lagi jika tidak ingin melihat bangsa ini nantinya hanya ada pulau - pulau dan binatang saja.
Berikut ini ada sedikit tips ataupun saran buat anda yang masih remaja dan orang tua agar anda yang masih remaja atau anak anda nantinya tidak terjerumus dalam lembah setan.
1. Mengisi Waktu Kosong Dengan Kegiatan Positif ( Buat Anak Remaja )
Kegiatan Positif ( Buat Anak Remaja )
Dari pada kalian yang masih remaja ini membuang waktu kalian dengan malas - malasan atau keluyuran tidak jelas yang nantinya bisa terjerumus kedalam pergaulan bebas lebih baik gunakan waktu kalian dengan kegiatan positif seperti belajar, sembahyang, belajar ke agamaan atau membuat kegiatan sosial lainnya yang berguna seperti mengumpulkan bantuan untuk korban bencana alam atau dari hal yang sepele kamu bisa kumpulkan teman - teman kamu untuk diajak kerja bakti. Yang jelas jangan buang waktu kalian dengan percuma dan jangan sampai masuk ke pergaulan bebas akibat sering keluyuran sana sini.
2. Cara Bergaul
Dengan bergaul atau punya banyak teman memang akan memberikan kemudahan bagi anda untuk menjalani hidup, tapi jangan sampai kalian itu salah bergaul. Oleh karena itu sebelum anda memutuskan berteman dengan orang cari tahu dulu apakah orang yang akan menjadi teman anda itu akan membawa pengaruh atau dampak baik buat hidup anda kedepannya. Jika menurut anda baik untuk hidup anda kedepannya, silakan berteman dengan orang tersebut. Buat orang tua juga harus selalu memantau perkembangan anaknya terutama dalam hal pergaulan, seperti kata saya diatas jika sampai sedikit saja anak anda salah bergaul maka akibatnya akan fatal. Maka dari itu peran orang tua juga di perlukan untuk mencegah maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja.

3. Orang Tua Lebih Akrab Dengan Anak
Jika orang tua sudah bisa akrab dengan anak layak seorang sahabat secara tidak langsung anda akan mengetahui kegiatan dan pergaulan anak anda sehari - hari. Karena biasanya jika anak sudah dekat dengan orang tuanya jika anak tersebut ada masalah atau ada hal baru pasti akan di ceritakan kepada orang tuanya. Nah disinilah kesempatan orang tua untuk mengarahkan anak untuk menjadi anak yang baik, karena jika anak anda sudah dirasa mau bersikap tidak benar berilah anak anda masukan - masukan yang positif secara lembut, ini bertujuan agar si anak tidak menolak sugesti atau masukan positif yang anda berikan. Karena bagaimanapun juga anak yang masih remaja itu keingin tahuannya masih sangat besar, dan semakin dilarang akan semakin berniat mencoba. Jadi beri anak anda masukan secara santai dan tanpa di marahi. Jadi mulai sekarang dekatkanlah diri anda dengan anak anda agar secara tidak langsung anda mampu mengontrol tingkah laku anak anda.

4. Lingkungan
Ini merupakan peran terbesar orang tua agar anak anda nantinya tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, karena jika anak anda di tempatkan atau tinggal di lingkungan yang tidak baik maka kemungkinan anak anda menjadi tidak baik juga sangat besar, karena bagaimanapun selain keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak adalah lingkungan. Karena biasanya di lingkungan tempat tinggalnyalah si anak akan menemukan sesuatu yang baru, ya kalau sesuatu yang baru nantinya akan berdampak baik, bagaimana jika berdampak buruk? Jawabannya pasti sudah anda tau jika lingkungan tempat tinggal anak anda memberi pengaruh yang tidak baik pastinya anak anda juga akan menjadi tidak baik juga. Jadi tempatkan anak anda dilingkungan yang baik agar kedepannya bisa anak anda bisa menjadi orang yang baik, bagi yang muslim mungkin bisa menaruh anak anda di pesantren.

5. Membatasi Anak Keluar Rumah
Dengan membatasi waktu anak keluar rumah di harapkan kesempatan anak menemukan sesuatu hal yang baru itu semakin sedikit, karena seperti kata saya pada tips nomor 4 jika di lingkungan atau pergaulannya si anak lebih banyak mendapatkan sesuatu hal baru yang memberi pengaruh negatif maka anak anda akan menjadi tidak baik. Jadi lebih baik membatasik waktu anak keluar rumah dari pada mengambil resiko yang patal nantinya.

6. Dilarang Pacaran
Jika kamu yang masih belum cukup umur lebih jangan pacaran dulu, karena selain menggangu pelajaran kamu, nantinya kamu bisa terjerumus ke hal yang tidak - tidak seperti sex bebas yang nantinya kalau sudah begitu kamu bisa terkena virus HIV AIDS yang akan membuat umur kamu menjadi lebih singkat, karena sampai saat ini belum ada obatnya untuk penyakit ini. Buat orang tua juga usahakan anaknya jika masih di bawah umur jangan di izinkan pacaran dulu jika tidak ingin anak anda masuk kedalam sex bebas. Karena bagaimanapun rasa ingin tahu dan mencoba anak remaja itu masih sangat besar sehingga jika sudah pacaran bukan tidak mungkin akan mencoba berhubungan badan dan jika sudah begini akan kecanduan dan terjerumus kedalam sex bebas.

7. Pengamanan Pemerintah
Saya sendiri tahu kalau pemerintah juga sudah berjuang keras untuk mengurangi angka sex bebas dan pemakain obat - obatan terlarang, tapi kalau bisa tolong setiap beberapa hari sekali dalam seminggu mengadakan razia obat - obatan terlarang ke sekolah - sekolah sehingga kedepannya bangsa ini bisa jauh dari yang namanya sex bebas dan obat - obatan terlarang.








BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya penulis akan menyimpulkan beberapa hal, yakni sebagai berikut :
• Gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV
• HIV/AIDS masih merupakan ancaman utama bagi keberlangsungan hidup manusia di Tanah Air kita
• Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia
• Penyebab HIV AIDS diyakini hanya dari hubungan seksual, baik hubungan seksual secara normal maupun yang anal dan oral
• Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan (tarji).
• Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan dampak negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.
• Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja dan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukannya dapat bermanfaat dalam kehidupan.
• Islam mempunyai aturan-aturan dalam lingkup pergaulan antar pemuda-pemudi.
• Islam melarang sesuatu yang dapat menyebabkan zina atau berdekatan dengan zina.

3.2.      Saran
• Semoga akhlak terpujinya lebih ditingkatkan lagi agar tercipta generasi penerus bangsa yang bisa memadukan IMTAQ dan IPTEK.
• Dan semoga masyarakat dapat mencegah cepat efek dari penularan HIV dan AIDS
DAFTAR PUSTAKA

Modul Paket Studi Islam Khairu Ummah, Drs. Ahmad Yani, LPPD Khairu Ummah: Jakarta Pusat
Etika Islam, Miftah Faridl, Pustaka: Bandung
Tarbiyatun Nisa, Ishlah No. 2/Th. I/Syawal 1413 
www.wikipedia.com
www.media-itsar.org.id